Persembahyangan Bersama di Pura Sali Paseban Batu Tangkiling

Foto Saat Pemberian Tirtha Oleh Pinandita dan Basir (dok. Humas)

MAHASISWA IAHN TP MELAKSANAKAN PERSEMBAHYANGAN BERSAMA
DI PURA SALI PASEBAN BATU TANGKILING.

Mahasiswa IAHN TP bersama Umat Hindu di Palangka Raya melaksanakan persembahyangan bersama dalam rangka hari suci Tumpek Landep, Piodalan Pura Sali Paseban Batu Tangkiling, Sabtu, 25 Mei 2019.

Rangkaian acara diawali dengan menghaturkan persembahan Kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Ranying Hatalla Langit, Tuhan Yang Maha Esa beserta segala manifestasi-Nya.

Pura Sali Paseban Batu Menghaturkan Persembahan dok. Humas)
Menghaturkan Persembahan dok. Humas)

Kegiatan ritual menggunakan kelengkapan sarana banten dalam tradisi Hindu Bali dan Sangku Tambak Raja dalam tradisi Hindu Kaharingan, dipersembahkan secara bersama-sama oleh Para Pinandita dan para Basir diiringi dengan kidung Bali Kidung Jawa dan Kandayu.

Suasana persembahyangan di Pura Sali Paseban Batu Tangkiling sangat berbeda dengan suasana Pura yang lain. Karena Pura ini merupakan Pura Integrasi antara Hindu dengan Hindu Kaharingan.
Kidung atau nyanyian suci dilantunkan secara bergantian. Kidung Jawa dilantun secara bersama-sama yang dipandu oleh Puspo Renan Joyo, S. Ag.,M.Pd.H. Kidung Kandayu dilantunkan bersama oleh Umat Hindu yang dipandu oleh Mahasiswa IAHN TP Palangka Raya.

Sebelum persembahyangan diisi dharma wacana oleh I Made Adnyana, S.Ag.,M.Si penyuluh di Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah. Tema yang disampai yakni Landepin Manah (Ketajaman Pikiran)

Pura Sali Paseban Batu Foto Pendharma Wacana I Made Adnyana, M.Si (dok. Humas)
Foto Pendharma Wacana I Made Adnyana, M.Si (dok. Humas)

Adnyana mengatakan selain keris dan senjata pusaka berbagai jenis mesin produksi, kendaraan, sepeda motor dan alat teknologi lainnya termasuk telepon seluler dan komputer juga mendapat persembahan.

“Hal itu dimaksudkan agar alat-alat teknologi itu yang membantu memberikan kemudahan dimanfaatkan dan difungsinya dengan baik, bukan justru untuk melakukan kejahatan pada orang lain,” ujar Adnyana.

“Selain melaksanakan Upacara di Pura, Ritual itu dilakukan di setiap rumah atau kantor atau perusahaan sesuai kemampuan mulai dari pagi hingga malam hari untuk memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Ranying Hatalla Langit, Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Senjata”, Papar Adnyana.

Pura Sali Paseban Batu Foto Mahasiswa IAHN TP Palangka Raya bersama Umat Hindu (dok. Humas)
Foto Mahasiswa IAHN TP Palangka Raya bersama Umat Hindu (dok. Humas)

Tumpek Landep dilaksanakan setiap 210 hari sekali. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani mempersembahkan kurban suci untuk alat-alat pertanian berupa canggul, sabit maupun traktor, dan lain sebagainya. Semua yang terbuat dari besi dan tembaga, termasuk mobil dan sepeda motor yang lalu-lalang di jalan raya pada hari Tumpek Landep, diisi sesajen dan hiasan khusus dari janur yang disebut ceniga, sampian gantung, dan tamiang memiliki Makna memohon Keselamatan.

Semua itu merupakan wujud puji syukur orang Umat Hindu kepada Tuhan yang telah memberikan pengetahuan dan kemampuan merancang teknologi canggih hingga tercipta benda-benda yang dapat mempermudah manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Diakhir dharma wacana Adnyana mengajak seluruh umat agar selalu Mensucikan Sabda Bayu Idep. Menyucikan Pikiran, Perkataan dan perbuatan agar terwujud kedamaian, serta hubungan yang harmonis dan tercapai tujuan Agama Hindu yakni moksartham jagadita ya ca iti dharma (Kebahagiaan Lahir dan Bhatin)

(Humas, 25/5)