BASARAH,- Civitas Akademika IAHN TP Palangka Raya melaksanakan persembahyangan bersama di Balai Basarah Tampung Penyang, Jum’at Sore (13/9)
Bertindak sebagai Mantir Basarah pada persembahyangan ini yakni Jhon Kipli, mahasiswa Fakultas Dharma Sastra Semester V. Dharma wacana/pandehen disampaikan oleh Meinisya mahasiswa Fakultas Dharma Sastra Prodi Hukum Hindu, Semester V dengan mengutip dari Kitab Suci Panaturan Pasal 19 ayat 1-3. Pandehen disampai sangat menarik karena menggunakan Bahasa Ibu yakni Bahasa Dayak.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Budhi Widodo, SH.,MH dalam sambutannya mengatakan bahwa jika kita memasuki tempat ibadah/tempat suci kita harus mulai meninggalkan keduniawian, sebagai contoh sebutan jabatan dan lain-lain, karena kita hadir bersama-sama untuk memuja ke-Agungan Tuhan Ranying Hatalla Langit.
“Kegiatan Basarah Civitas akademika merupakan realisasi dari Visi Misi IAHN TP yaitu menciptakan manusia yang Religius”, ungkapnya.
Budhi Widodo juga menguraikan tentang Perkawinan menurut Pandangan Hindu, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1 dan Pasal 2.
Pasal 1. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 2. (1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. (2) tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pesan yang disampaikan kepada seluruh mahasiswa agar benar-benar konsentrasi dalam menuntut ilmu di IAHN TP, janganlah belajar dijadikan hal yang nomor dua. “Gunakan waktu yang sebentar ini untuk menuntut ilmu dengan baik dan benar untuk kehidupan yang lebih baik”, pesannya.
Dalam kesempatan basarah ini juga Budhi Widodo juga menyampaikan bahwa keutamaan menjadi manusia, yang dikutif dari Kitab Sarasamuscaya. Pergunakanlah waktu yang baik ini untuk berbuat kebajikan, leburlah semua perbuatan yang tidak baik kedalam hal yang baik. Menjelma menjadi manusia sangatlah utama karena memiliki wiweka, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk”, pungkasnya.
Doa Penutup disampaikan oleh Asda Paramita dengan petugas mambuhuur behas hambaruan Ajing Susilo, Lodi, Asda Paramita, Elayanto, Mira, dan Meki. //sar//