IAHN-TPnews, Sabtu (14/12) UKM Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya menggelar kegiatan Sosialisasi dengan tema “Sosialisasi Pentingnya Kesehatan Bagi Generasi Muda” bertempat di Aula Student Center IAHN-TP Palangkaraya. Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dekan Fakultas Dharma Sastra, Direktur Program Pascasarjana, Pembina UKM PIK-R, serta 100 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa IAHN-TP Palangka Raya, Utusan KMHDI dan PERADAH.

Budhi Widodo, SH., M.H selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama membuka secara resmi kegiatan sosialisasi ini. Dalam sambutannya, Budhi mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari praktek konseling dan ilmu komunikasi yang dimana dalam PIK-R itu sendiri seluruh kader atau anggotanya dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik, harus mampu menjadi Center of Information, baik pendidik sebaya maupun konselor sebaya.

“Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil, remaja maupun mahasiswa merupakan aset pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya,” ujarnya.

Penyampaian Materi oleh Narasumber

Kegiatan ini menghadirkan dua pemateri yaitu dr. Nadya Normalia Muliasyah selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Palangka Raya dan Ni Ketut Resmaniasih, SST., M. Kes dari Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Palangka Raya. Dalam pemaparan materinya Nadya menyampaikan bahaya Narkotika dan Obat-obatan Terlarang bagi remaja maupun mahasiswa.

“NAPZA adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain, bila zat ini masuk dalam tubuh manusia, akan menimbulkan pengaruh pada kerja otak. Dampak buruk dari Napza atau Narkoba memiliki daya adiksi (ketagihan), daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat kuat, sehingga menyebabkan pemakai narkoba tidak dapat lepas dari pemakainya,” ungkapnya.

“Kecanduan akan narkoba atau NAPZA mempunyai kaitan erat dengan penyebaran IMS (Infeksi Menular Seksual), HIV dan AIDS. Menurut data dari WHO, 4 dari 10 kematian AIDS berhubungan dengan Drug Abuse,” ujar Nadya.

Sementara itu, Ni Ketut Resmaniasih, SST., M. Kes dalam paparan materinya mengulas tentang kesehatan reproduksi, pencegahan stunting, serta pencegahan anemia pada remaja putri. Ketut menyampaikan bahwa stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

“Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ketut menyampaikan bahwa Anemia di kalangan remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas.

Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil.

“Remaja dan mahasiswa termasuk juga seluruh masyarakat Indonesia perlu memahami pentingnya gizi untuk kesehatan dalam setiap siklus kehidupan, karena gizi adalah investasi bangsa,” pungkas Ketut di akhir pemaparan materinya. //sar//