IAHN-TPnews,- Sabtu (11/7/2020) Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya menggelar Seminar Nasional dalam format Webinar dengan tema Transformasi Pendidikan di Era New Normal. Webinar yang memiliki kapasitas peserta 500 orang ini dihadiri oleh praktisi pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia.
Prof. Drs. I Ketut Subagiasta, M.Si., D.Phil selaku Rektor IAHN-TP Palangka Raya membuka secara resmi kegiatan ini. Dalam sambutannya Rektor menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan webinar ini. Rektor mengharapkan bahwa webinar ini dapat menjadi wadah untuk meningkatkan sumber daya manusia terutama di bidang pendidikan dalam menghadapi masa kenormalan baru.
Dr. I Putu Widyanto, M.Pd.H, Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar IAHN-TP-Palangka Raya, yang bertindak sebagai Moderator dalam seminar ini menyampaikan bahwa saat ini segala perilaku manusia telah dipengaruhi oleh teknologi apalagi sekarang dunia sedang mengalami suatu goncangan yang disebabkan oleh virus COVID-19. Salah satu perilaku yang berubah adalah di bidang Pendidikan, yang mana proses belajar mengajar harus tetap berjalan di masa pandemi ini dengan menjalankan perilaku New Normal.
“Seminar nasional ini mengupas tentang bagaimana caranya, dan seperti apa perubahan dan dampaknya baik itu disisi tenaga pendidik dan peserta didik,” ujarnya.
Acara yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan pada era kenormalan baru dalam masa pandemi COVID-19 ini menghadirkan 3 orang narasumber. Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS. selaku Rektor Universitas Hindu Indonesia Denpasar, sebagai narasumber pertama dalam webinar ini menyampaikan bahwa di masa pandemi COVID-19 ini kita sebagai pendidik maupun peserta didik “terpaksa” menerapkan pembelajaran online. Namun pembelajaran online yang awalnya sebagai opsi darurat akan berubah menjadi sistem utama.
“Menyikapi hal ini, semua perguruan tinggi harus mampu berperan aktif dalam transformasi pembelajaran ini dengan mempersiapkan infrastruktur dan bandwith yang cukup, meningkatkan keterampilan internet dan literasi komputer dosen, serta meningkatkan koneksi internet untuk mahasiswa,” ungkapnya.
Made juga menekankan bahwa di dalam transformasi pendidikan ini seluruh praktisi yang bergerak di dalam bidang pendidikan harus mampu menjadikan pembentukan karakter sebagai tujuan utama dalam proses belajar mengajar. Nilai-nilai karakter harus terintegrasi dalam mata pelajaran, antar pelajaran, dan kurikulum.
“Dalam prakteknya nanti karakter tidak akan diajarkan, namun dibangkitkan, ditanamkan, dipupuk dan dipelihara, direfleksikan melalui sikap, pemikiran dan perilaku menjadi budaya kehidupan sehari-hari,” terang Made.
Dr. Pranata, M.Si, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan IAHN-TP Palangka Raya, selaku narasumber kedua menyebutkan bahwa peran orang tua dalam pembelajaran online akan menjadi sangat krusial. Dimulai dengan membuat kesepakatan dengan orang tua, guru dan dosen maupun tenaga pendidik lainnya dapat menentukan mekanisme komunikasi dengan orang tua dalam hal persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan sistem pembelajaran yang diterapkan.
“Dalam hal ini orang tua dapat memulai dengan melakukan persiapan fasilitas belajar daring di rumah berupa handphone, laptop atau komputer,” ujarnya.
Pranata juga menambahkan bahwa orang tua siswa memiliki andil besar dalam menumbuhkan kesadaran diri anak dalam belajar mandiri.
“Pengawasan dan keterlibatan orang tua kepada anak dalam proses pembelajaran online merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan sistem pembelajaran di era new normal ini,” ungkapnya,
Sementara itu, Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, selaku narasumber ketiga menjelaskan bahwa transformasi pendidikan sesungguhnya tidak saja dipengaruhi oleh kondisi New Normal ini, namun pembelajaran online ini merupakan nilai-nilai baru yang terbentuk dari perkembangan ilmu dan teknologi. Untuk mengiringi proses transformasi pendidikan ini, Sofyan menekankan keutamaan penguatan konsep pendidikan karakter.
“Sesuai dengan fungsi pendidikan sebagai transformasi nilai-nilai agama dan budaya, sebagai pembentukan karakter diri, sebagai proses penyiapan intelektual serta menyiapkan tenaga kerja, maka pendidikan haruslah menghasilkan manusia yang berkarakter dengan keseimbangan IQ, SoQ, EQ, dan SpiQ,” tutupnya di akhir penyampaian materi.//sar//