IAHNTPnews,- Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya melaksanakan Pengukuhan Guru Besar Prof. Tiwi Etika, S.Ag., M.Ag., Ph.D. dalam Bidang Ilmu Filsafat Agama Hindu.
Pengukuhan dilaksanakan secara langsung oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si dalam Sidang Senat Terbuka Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP), Senin (15/01/2023) bertempat di Aula Serbaguna IAHN-TP Palangka Raya.
Prof. Tiwi Etika, S.Ag., M.Ag., Ph.D merupakan Guru Besar pertama yang dilahirkan oleh Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya dalam bidang Ilmu Filsafat Agama Hindu dengan angka kredit sebesar 881,3.
Dalam penyampaian orasi ilmiahnya, Prof. Tiwi mengangkat judul Hukum Karma dan Doktrin Predestinasi dalam Memaknai Perjalanan Raja Bunu Mencari Nyalung Kaharingan.
Rektor IAHN-TP Palangka Raya, Dr. Mujiyono, S.Ag., M.Ag dalam sambutannya mengucapkan terimakasih atas dorongan dan restu dari semua unsur baik dari Pusat maupun internal dan juga unsur pimpinan keagamaan sehingga IAHN-TP Palangka Raya dapat melahirkan Guru Besar pertama, Prof. Tiwi Etika, S.Ag., M.Ag., Ph.D.
“kami ucapkan terimakasih setulus-tulusnya atas Pengukuhan Prof. Tiwi Etika, S.Ag., M.Ag., Ph.D mudah-mudahan menjadi pemacu kita semua terutama IAHN-TP Palangka Raya untuk terus bisa melahirkan Guru Besar lainnya”, ucapnya.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaannya dengan dikukuhkannya Prof. Tiwi Etika, S.Ag., M.Ag., Ph.D yang merupakan satu-satunya Guru Besar yang asli dari etnisitas Dayak.
“Yang membanggakan adalah telah lahir identitas kultur Dayak Kaharingan yang dibawa oleh Prof. Tiwi Etika, kultur Kaharingan tidak boleh terhenti, kultur Kaharingan tidak boleh rusak karena keyakinan tetapi keyakinanlah yang seharusnya menginspirasi kultur Kaharingan”, ucap Dirjen.
Lebih lanjut, Dirjen menegaskan tugas sebagai seorang Profesor bukanlah puncak capaian pribadi tetapi juga puncak capaian secara sosial sebab seorang Guru Besar akan menjadi panutan bagi siapapun yang belum Guru Besar, yang memiliki sikap, perilaku sebagai seorang Guru Besar yang bisa menuntun bila perlu melahirkan Guru Besar lainnya.
“Kalau seorang Guru Besar tidak mampu melahirkan, memotivasi junior-juniorya maka Guru Besar itu gagal dalam mencapai tugasnnya”, imbuhnya.
Dirjen menambahkan, Guru Besar adalah pendidik Profesional dan ilmuwan yang harus mampu menjadi pendidik yang baik, pendidik yang unggul, pendidik yang mumpuni dalam bidangnya serta mempunyai kekuatan mimbar akademik dan juga mimbar pendapat kepada orang lain.
Gubernur Kalimantan Tengah yang dalam hal ini diwakili oleh Yuas Elko, S.Sos., M.Si selaku Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan dalam sambutannya turut menyampaikan selamat dan apresiasi atas dikukuhkannya Prof. Tiwi Etika, S.Ag., M.Ag., Ph.D sebagai Guru Besar Ilmu Filsafat Agama Hindu pada IAHN-TP Palangka Raya.
“Selamat atas dikukuhkannya Prof. Tiwi Etika, S.Ag., M.Ag., Ph.D sebagai Guru Besar semoga apa yang sudah dicapai dapat menjadi kemaslahatan bagi IAHN Tampung Penyang dalam mengamban tugas-tugas keilmuan dan keHinduan”, ucap Gubernur melalui Staf Ahli Yuas Elko.
Lebih lanjut, Gubernur menegaskan pencapaian menjadi seorang Guru Besar selain menjadi suatu kebanggaan tersendiri, tetapi juga memberikan tanggung jawab akademik yang semakin berat di pundak seorang Guru Besar dengan integritas yang tinggi serta menjadi teladan dalam berkarya dan berinovasi demi mendukung kemajuan IAHN Tampung Penyang Palangka Raya dan juga kemajuan daerah sehingga mampu memberikan kontribusi dalam membangun SDM Kalimantan Tengah yang unggul dan berdaya saing tinggi
“Untuk memajukan pembangunan daerah, SDM unggul adalah kunci utama agar bisa mengatasi berbagai tantangan dan kendala yang ada”, ujarnya.
“Semoga kontribusi beliau, Guru Besar tidak pernah kering untuk agama, negara, dan tentunya juga untuk Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila, Tanah Berkah Kalimantan Tengah”, pungkasnya. //a.s//