Prodi PGSD Gelar Kuliah Dosen Tamu

IAHN-TPNews, – Prodi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Dharma Acarya Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya mengadakan Kuliah Dosen Tamu dengan tema “Belajar dan Pembelajaran” Sabtu, (03/04/2021) bertempat di Ruang Kuliah Fakultas Dharma Acarya IAHN-TP Palangka Raya.

Kuliah Dosen Tamu ini dibuka secara langsung oleh Dr. I Nyoman Sidi Astawa, M.A selaku Wakil Dekan II Fakultas Dharma Acarya Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya.

Kegiatan ini digelar secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti sebanyak 150 peserta, dengan menghadirkan Prof. Dr. Drs. Putu Panji Sudira, M.P., UNY YK (Guru Besar Technology and Vocational Education) sebagai Pembicara serta Dr. Putu Widyanto, M.Pd.H (Dosen IAHN-TP Palangka Raya) sebagai Moderator.

Dalam pemaparan materinya, Putu Panji menyampaikan bahwa kondisi pendidikan masyarakat Hindu saat ini adalah umumnya masyarakat Hindu mendidik putra-putrinya ke arah education for best earning a living, memilih sekolah dan prodi di perguruan tinggi yang menjanjikan kemudahan pekerjaan dengan penghasilan tinggi, pendidikan yang kurang terprogram yang berkeseimbangan dan keharmonisan, pembangunan karakter Hindu yang masih terbengkalai, serta masyarakat masih kebingungan mencari pendidikan holistik.

“Hal yang perlu dilakukan ialah belajar membangun kesadaran pendidikan Hindu berbasis Tri Hita Karana, yakni Atman, Angga Sarira, dan Prana. Dalam konsep pembelajaran Hindu berbasis Tri Hita Karana ini, seluruh komponen pendidikan dalam tiga pilar yakni, sekolah, keluarga, dan masyarakat dituntut untuk memiliki kesadaran dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan mengedepankan anandam (tenang jiwanya), tajam budhi dan pikirannya, serta kuat indra, sehat, bugar dan terampil,” ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa di era teknologi saat ini, semua komponen dalam proses pembelajaran ini memiliki kewajiban untuk memaknai belajar sebagai proses konstruksivistik, belajar mengkonstruksi jnana dan vijnana, modifikasi pengalaman baru sesuai struktur kognitif dengan melakukan adaptasi, asimilasi, dan akomodasi atas konflik kognitif yang terjadi saat ini.

“Contohnya yang bisa dilakukan saat ini adalah berinteraksi dalam jaringan sosial yang unik (luring, during) dan membangun gagasan, pengetahuan, serta budaya yang relevan dengan kondisi masa kini, sehingga dapat menciptakan pemaknaan hidup dan kehidupan serta penghidupan dalam cakupan konsep Tri Hita Karana,” lanjutnya.

“Kedepannya, masyarakat Hindu diharapkan mampu merancang sistem dan standar pembelajaran untuk education for best earning a living yang dilengkapi dengan education for life secara utuh dan benar berbasis nilai-nilai Hindu, serta mampu memediasi pembelajaran Hindu agar nilai-nilai luhur Hindu semakin cepat diadaptasi oleh generasi muda Hindu,” pungkasnya di akhir acara. //sars//